IslamDaily.id-
Aceh dan adat sudah melekat layaknya perangko dan surat. Maka tidak heran jika
sebagian besar kehidupan masyarakat hingga kini masih terikat dengan banyak
adat. Salah satunya adalah adat peusijuek.
Peusijuek
bisa kita artikan sebagai prosesi menepung tawari di Aceh. Ada momen tertentu
dalam setiap kehidupan masyarakat Aceh yang melibatkan prosesi peusijuek sebagai sebuah ritual
keagamaan yang sakral.
Prosesi peusijuek
sering kita jumpai ketika seseorang ingin melangsukan pernikahan, turun tanah
anaknya dan ketika membuka sebuah usaha. Peusijuek
juga dilaksanakan pada saat ingin melaksanakan khitanan, pindah ke rumah baru
dan masih banyak lainnya.
Prosesi ini melibatkan tokoh agama yang disebut
dengan teungku (ustaz/kiai). Banyak
hal yang disiapkan oleh pemilik acara untuk melangsungkan adat ini. Misalnya
seperti daun-daunan dan tepung beras. Masing-masing jenis daun-daunan tersebut
juga mempunyai nilai simbolik tersendiri.
Kita sebut saja beberapa contoh seperti oen naleung sambo (rumput belulang) yang
bermakna sebagai sesuatu yang kokoh. Ada juga bunga mawar yang menjadi simbol
sebagai harum dan indah.
Kemudian teungku
akan melakukan prosesi peusijuek
dengan semestinya. Tidak lupa bacaan doa dan shalawat turut dilangsungkan dengan
maksud memohon dan mendapat keberkahan dari Allah Swt.
Peusijuek
dalam Perspektif Islam
Peusijuek
merupakan adat yang sudah cukup lama ada di Aceh dan masih populer hingga saat
ini. Meski begitu tetap saja ada pro kontra menyangkut hukum peusijuek dalam pandangan umat islam.
Ada kelompok yang dengan keras menentang adat peusijuek dengan dalih perbuatan
tersebut merupakan bid’ah. Namun ada pula yang menyebut jika adat ini mubah.
Manakah yang benar ?
Sebagian ulama berpendapat jika prosesi peusijuek pernah dilakukan oleh
Rasulullah SAW. Hal ini juga disebutkan oleh seorang ulama terkenal bernama
Imam Tabrani dalam kitab Al-Ma’jam Kabir.
Kala itu Rasulullah SAW melakukan semacam prosesi
seperti peusijuek ketika putrinya
Fathimah akan dinikahi oleh Ali. Rasulullah memercikkan air putih kepada mereka
berdua, kemudian berdoa kepada Allah Swt.
Baca Juga INDONESIA DALAM KEBERAGAMAN: BUDAYA DAN AGAMA
Beginilah kiranya juga prosesi peusijuek yang dilaksanakan di Aceh. Karena di setiap prosesi peusijuek juga akan diakhiri dengan doa
bersama. Meminta kepada Allah Swt agar diberikan keberkahan dan keselamatan
hidup.
Maka sebenarnya jika melihat fenomena sekarang ini, peusijuek bukanlah perbuatan bid’ah.
Namun bisa dikatakan sebagai perbuatan mubah. Yaitu bisa dikerjakan dan bisa
pula meninggalkannya.
Meskipun begitu, karena peusijuek sudah melekat erat dalam kehidupan masyarakat Aceh dan sudah
dijadikan sebagai sebuah adat yang perlu dijaga kelestariannya. Maka kita
sebagai bagian dari masyarakat Aceh juga harus punya andil dalam
melestarikannya.
Penulis : Muhammad Nauval
0 Comments
Posting Komentar