IslamDaily.id - Mengapa Kebahagian Harus Dicari? Kebahagian itu tidak datang dengan sendirinya, tapi harus dijemput. Seperti itulah yang biasa orang-orang ungkapkan dan benar adanya. Namun ada satu lagi ungkapan bahwa kebahagian itu datangnya dari pikiran dan yang hanya biasa mengendalikannya adalah yang bersangkutan yaitu pemilik pikiran tersebut dan ini adalah kenyataan yang juga harus diterima oleh siapapun yang ingin bahagia. Oleh sebab itu perjalanan seseorang mencari kebahagian menoreh catatan pena yang panjang dan menjadi concern filsuf yang memiliki ketertarikan pada pembedahan sikap manusia. Sehingga muncul pertanyaan mengapa sebegitunya kebahagiaan harus dijelaskan sedangkan Ia sebetulnya cukup “sederhana” bukan ?. jawabannya karena sesungguhnya sesuatu yang kita anggap sederhana tidak mudah kita dapatkan karena perjuangannya tidak terlihat dan letaknya tidak pasti. Oleh sebab itu cukup bijak jika dikatakan “Jika kebahagian bisa dibeli maka Ia hanya milik orang-orang kaya”. Makanya saya pikir memunculkan kebahagian di dalam diri tidaklah sesederhana itu? Harus ada teori yang mendukung maka jelas mengapa seorang filsuf bersusah payah merumuskan prinsip-prinsip kebahagian sehingga saat membacanya kita akan tersadar dan mengatakan “oh iya ya..”

Apa yang Menarik dari Stoisisme?

Saat kita mencari kata kunci Filsafat Kebahagian di halaman pencarian internet untuk bacaan ringan sehari-hari kita akan menemukan sederetan tokoh filsuf yang membahasnya dan Anda bisa klik yang mana saja. Namun dari sederetan filsuf tersebut salah satu yang menarik perhatian saya yaitu Stoisisme. Sebagaimana yang ditulis oleh Long A.A dalam Stoic Studies Stoisisme merupakan sebuah aliran atau mazhab yang didirikan oleh Zeno pada awal abad 3 SM di Athena (Yunani). Proses terbentuknya aliran ini sebagaimana yang diceritakan dalam buku Filosofi Teras terbilang cukup unik. Zeno pada saat itu sedang melakukan perjalanan pelayaran hendak dari Phoenicia ke Peiraeus melawati laut Mediterania namun malangnya kapal yang ditumpangi oleh Zeno mengalami karam sehingga Ia terdampar di Athena sehingga Ia harus kelihalangan segalanya dan menjadi orang asing di daerah tersebut. Ketertarikannya pada dunia filsafat bermula saat Ia jatuh hati pada sebuah buku Filsafat yang Ia beli di toko buku. Nama Stoisime sendiri diambil dari bahasa Yunani “Stoa” yang berarti “teras” karena Zeno senang mengajar di teras sehingga Stoisisme juga sering disebut dengan Filsafat Teras. Focus dari paham Stoikisme ini adalah pada bidang etika dan sangat popular kurang lebih hingga lima abad. Selain itu, aliran Stoic ini dianggap sebagai alran filsafat yang paling berhasil dan berpengaruh pada sejarah aliran filsafat Yunani Kuno karena keterkaitanya dengan sikap manusia juga sistem pemerintahan kala itu. Namun pertanyaanya apa yang menarik dari aliran ini? Saya sepakat dengan apa yang ditulis oleh Henry Manampiring penulis buku Filosofi Teras bahwa prinsip-prinsip yang terdapat dalam paham ini sangat relate dengan ajaran berbagai agama, orang tua, dan nasehat-nasehat dari kakek nenek. Oleh karena itu prinsip-prinsip ini dapat menjadi tuntunan untuk hidup lebih baik dengan keadaan emosional yang lebih matang sehingga semakin dekat dengan kebahagiaan.

Prinsip Kebahagian Menurut Stoisisme

Satu hal yang membedakan Stoa dengan aliran Filsafat lain yaitu karena Ia menekankan pada praktik dan tidak berlarut-larut dalam diskusi intelektual dengan konsep-konsep yang sulit dipahami oleh banyak orang serta relevan dengan semua orang. Bicara mengenai prinsip tidak jauh-jauh dari persoalan tujuan. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh Stoisisme sebagaimana yang terdapat dalam buku Filosofi Teras:

Pertama, menerapkan hidup yang tentram dengan membebaskan diri dari emosi negative seperti sedih, marah, baper, curiga, cemburu dan lainnya. Ketentraman ini hanya bias diperoleh apabila kita menfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Saya merasa ini memang betul-betul sangat berpengaruh jika kita bercita-cita untuk hidup lebih bahagia di mana ketika kita hanya menfokuskan apa yang menjadi kendali diri sendiri, maka sebagaian besar dari penyebab kecemasan akan menghilang. Karena akan sadar atau tidak akan ada selalu hal-hal yang datang dari luar yang mengakibatkan kita gundah, sedih, marah, jika kita mau memerdulikannya cobalah untuk fokus pada apa yang bias kita kendalikan terserah orang lain mau melakukan apa karena kita tidak bias mengontrol ucap sikap orang lain.

Kedua, jadikan motivasi hidup untuk mengasah kebaikan. Ada empat kebaikan yang harus diasah menurut Stoisisme yaitu kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan menahan diri. Kebijaksanaan dibutuhkan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan terbaik dalam situasi apa pun. Keadilan dibutuhkan untuk memperlakukan orang lain dengan adil dan jujur. Keberanian untuk berbuat yang benar, serta menahan diri dalam arti disiplin, kesederhanaan, kepantasan, dan memiliki kontrol diri atas hawa nafsu dan emosi. Prinsip yang kedua ini juga cukup menarik, karena setelah Anda menghapus segala afirmasi negative dari luar (baca: poin pertama). Step selanjutnya untuk bahagia adalah saatnya berbenah diri menjadi pribadi yang baik dan terus baik. Dengan kedua prinsip tadi setidaknya sebuah kesimpulan dari menjemput kebahagiaan dalam diri sendiri, dikarenakan  sekarang ini tidak sedikit orang yang terlalu terpaku pada orang lain. Contoh sederhana, Anda tidak mau berbagi ke orang yang pelit, tidak mau menghargai pada orang yang tidak menghargai Anda, tidak mau ramah pada orang yang cuek, yang pada intinya selalu mengandalkan sikap Anda pada kesan yang orang lain berikan. Tidakkah Anda memaknai bahwa sikap tersebut membuat Anda hidup dalam kontrol orang lain dan kesimpulannya Anda belum merdeka secara pikiran. Padahal coba renungkan pepatah yang mengatakan “sikap yang Anda berikan kepada orang lain sangat menentukan sikap orang lain kepada Anda”, karena dengan begitu Anda tidak rugi sedikitpun.