Penulis : Afra Afifah 

IslamDaily.Id – Para pengkaji Al-Qur’an dan Tafsir tentunya wajib mengenal Ibnu Jarir Ath-Thabari yang merupakan bapak ilmu Tafsir. Beliau dijuluki sebagai bapak dalam bidang tafsir  karena ia memiliki sebuah karya tafsir fenomenal yaitu kitab Jami’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an yang sampai saat ini masih menjadi rujukan wajib bagi pengkaji Al-Qur’an dan Tafsir. Oleh sebab itu dalam ulasan berikut ini penulis akan menjelaskan biografi singkan dari imam Ath-Thabari.

Nama lengkap At-Thabari adalah Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Khalid bin Katsir bin Ghalib al-Amali Ath-Thabari. Ia lebih dikenal sebagai Ibnu Jarir atau Ath- Thabari yang dinisbatkan kepada nama tempat kelahirannya yaitu di Amul Thabaristan yang terletak di pantai selatan laut Thabaritsan pada tahun 224 H, dan meninggal di Baghdad pada tahun 310 H.

 

Ath-Thabari hidup pada zaman dinasti Abbasiyah, Ia merupakan seorang sejarawan besar, ensiklopedis, ahli tafsir, ahli qiraat, ahli hadis, dan ahli fiqih. Ia mulai belajar pada usia yang sangat muda dengan kecerdasan yang sangat menonjol. Pada usia 7 tahun, ia sudah hafal Al- qur’an. Ia mempelajari ilmu-ilmu dasar di kota kelahirannya karena orang tuanya merupakan orang yang berada. Ia mendapatkan cukup fasilitas untuk melanjutkan studinya ke pusat-pusat studi di dunia Islam. Kemudian, ia pergi ke Kuffah dan menimba 100.000 hadis dari Syekh Abu Kurayb. Tidak lama setelah itu, Ath-Thabari kembali ke Baghdad dan menetap di sana untuk jangka waktu yang cukup lama. Ath-Thabari dikenal bapak ilmu Tafsir Al-Qur’an dan termasuk ulama yang sangat produktif dalam menulis bahkan beliau dikenal sebagai salah satu ulama besar yang tidak menikah. Pendampingnya hanya sebuah pena, secawan tinta, dan seutas kertas. Bagaimana tidak, setiap harinya Ia menghasilkan tidak kurang dari 40 lembar hasil karyanya. Ath-Thabari mengaku sebagai pengikut Madzhab Syafi’i.


Ath-Thabari wafat tahun 310 H dan dikebumikan di dalam rumahnya. Ribuan orang hadir dalam prosesi pemakamannya. Selama beberapa bulan, siang dan malam, banyak orang yang datang ke kuburannya untuk mendoakannya. Ath-Thabari menyandang gelar sejarawan muslim terkemuka pada abad ke-10 di masa dinasti Abbasiyah. Ath-Thabari memulai pendidikannya di kota Amal, Ath-Thabaristan, sejak dini sekali. Kemudian Ath-Thabari melanjutkannya di kota Rai dengan berguru kepada Ibnu Humaid Ar-Razi.

 

Di antara karya-karya Ath-Thabari adalah Adab Al-Manaasik, Tarikh Al-Umam wa Al-Muluk atau Kitab Ikhbar Al-Rasul Al-Muluk, Jami’ Al- Bayan ‘An Ta’wil Al-Qur’an atau dikenal pula dengan Jami’Al-Bayan. Kemudian Ikhtilaf Ulama’ Al-Amsar Fi Ahkam Syara’I Al-Islam, Tandzib Al-Asar wa Tafsil Al-Sabit ‘an Rasulillah min Al-Akbar, Al-Jami’ Fi Al-Qira’at, Latif Al-Qanul Fi Ahkan Al-Sura’I Al-Islam, Al-Bashir Fi Ulum Al-Din, kitab Al-Fadha’il, kitab Al- ‘Adad wa Al-Tanzil, Al-Musnad Al-Mujarrad, Mukhtasar Al-Faraid, Adab Al- Nufus Al-Jayyidah wa Al-Akhlak An-Nafisah, Sarih As-Sunnah, kitab Zail Al- Muzail, kitab Adab Al-Qudah, Al-Radd’ala zi Al-Asaataz, kitab Al-Mufiz fi Al- Usul, kitab Qira’at wa Al-Tanzil Al-Qur’an, dan kitab Ulinnuha wa Ma’alim Al- Huda.