Penulis: Aulia Amalia
IslamDaily.Id - Flexing berasal dari kata “flex” yang memiliki arti menunjukkan atau mendemostrasikan, istilah ini mulanya populer di Amerika, namun seiring berkembangnya zaman, flexing sudah menjadi budaya yang cukup populer diseluruh penjuru baik dunia nyata maupun dunia maya. Praktek flexing biasanya dilakukan dengan cara mempamerkan berbagai barang branded yang dipunya atau pencapaian pribadi secara berlebihan. Walau fenomena ini lebih dominan sering dipraktekkan oleh orang-orang yang memang mampu dan berlebih, tak jarang seorang dari kalangan biasa memaksa dirinya sendiri untuk ikut andil dalam praktek itu, bahkan rela berbohong atau bahkan terjerat hutang demi mempunyai suatu hal yang dapat dipamerkan.
Pada dasarnya, pelaku flexing adalah seorang yang haus validasi dan merasa “si paling” (terlalu bangga diri). Flexing juga ada kaitannya dengan fenomena konsumerisme dan materialisme dalam masyarakat modern, dipengaruhi oleh tekanan sosial dan norma budaya yang menegaskan pentingnya status material sebagai ukuran kesuksesan. Maraknya flexing di era ini memperlihatkan tergerusnya nilai-nilai spiritual, membuktikan bahwa nikmat yang diberikan Tuhan tidak lagi dilihat sebagai ekspresi rasa syukur semata, melainkan diposisikan sebagai kenikmatan yang bergantung pada penilaian orang lain.
Fenomena flexing sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu dan sudah diceritakan dalam Al-Qur’an surah al-Qashash ayat 76 :
إِنَّ قَٰرُونَ كَانَ مِن قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ مِنَ ٱلْكُنُوزِ مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥ لَتَنُوٓأُ بِٱلْعُصْبَةِ أُو۟لِى ٱلْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُۥ قَوْمُهُۥ لَا (٧٧) تَفْرَحْ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْفَرِحِينَ
Artinya: Sesungguhnya Qarun adalah kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata padanya, ‘janganlah kamu terlalu bangga, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri’.
Berangkat dari ayat diatas, kita dapat mengetahui bahwa dalam Al-Qur’an memang tidak menyebutkan secara langsung diksi “flexing”, akan tetapi ada beberapa diksi dalam Al-Qur’an yang dianggap memiliki korelasi makna dengan flexing. Pada kesempatan ini, penulis akan membahas lebih jauh terkait konsep flexing dalam Al-Qur’an, yang dimaksudkan adalah “apa saja sih diksi atau lafadz dalam Al-Qur’an yang maknanya dekat dengan flexing?”, yuk simak bareng-bareng. Dalam Islam, flexing dapat dikaitkan dengan beberapa konsep, yaitu; riya’, ‘ujub, dan takabbur.
Pertama, riya, berasal dari kata ria>’a (رئاء) berwazan fi’a>l (فعال) – ra’a> (رأى) yang berarti melihat, melakukan sesuatu bertujuan agar dilihat oleh manusia. Riya’ dan flexing memiliki kesamaan yang cukup signifikan, yang mana keduanya sama-sama menganggap penting validasi dari orang lain. Diksi riya’ sering kali disebutkan dalam Al-Qur’an, salah satunya dalam surah al-Maa’un ayat 6 :
(٦) ٱلَّذِينَ هُمْ يُرَآءُونَ
Artinya : Orang-orang yang berbuat riya’.
Kedua, ‘ujub, berasal dari kata (عجب) yang artinya berbangga diri, (عَجِبَ – يعْجَب) berarti kagum yang dimaksudkan adalah (بِنَفْسِه) yakni kagum pada dirinya sendiri. Dapat dipahami sebagai sifat bagi seorang yang di dalam hatinya berbangga diri karena suatu kelebihan yang dimilikinya. Salah satu ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ‘ujub ada dalam surah at-Taubah ayat 25 :
...إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ...
Artinya : ... yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu)...
Ketiga, takabbur, berasal dari kata (تَكَبرَ - يَتَكَبرُ) berarti sombong atau berbangga diri, perbedaan nya dengan ‘ujub adalah, jika ‘ujub adalah kagum pada diri sendiri, maka takabbur merupakan sifat berbangga diri atau kagum pada dirinya sendiri dan menganggap bahwa tidak ada yang bisa menandinginya. Pemakaian diksi takabbur dalam Al-Qur’an terpapar jelas, salah satunya pada surah al-A’raf ayat 146 :
...الَّذِيْنَ يَتَكَبَّرُونَ فِى الْأَرْضِ...
Artinya : ...orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi...
Mudahnya dapat dipahami bahwa, diksi flexing yang ramai dan populer sekarang ini merupakan bahasa gaul dari beberapa konsep yang sebenarnya sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an. jika sikap flexing dipelihara tentu akan menjadi penyakit hati, merasa tidak pernah cukup dan mengikis rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberi Allah Swt. Disisi lain, Allah Swt juga sudah menegaskan bahwa Ia tidak menyukai bahkan membenci sikap tersebut. Sebagai seorang hamba, sebaiknya kita menjauhi apa yang tidak disukai Allah, agar senantiasa mendapat ridho-Nya. Semoga Allah Swt melindungi kita semua, wallahua’lam.
0 Comments
Posting Komentar