Penulis : Redaksi

IslamDaily.Id - Misteri alam mimpi memang sangat menarik untuk dibahas, oleh sebab itu banyak sekali orang-orang yang ingin mengetahui arti dari mimpi-mimpi yang dialaminya. Lalu tidak mengherankan pula jika terdapat banyak pula para pakar yang berusaha menelaah makna dari sebuah mimpi kemudian mengaitkannya dengan suatu hal. Namun sebagai muslim kita perlu merujuk kepada apa pandangan Rasulullah mengenai makna mimpi-mimpi yang dialami manusia.

Dalam sebuah sebuah hadis Rasulullah membagi tiga kriteria mimpi yang dialami manusia. Pertama adalah mimpi buruk yang berasal dari setan. Biasanya seseorang yang bermimpi buruk akan mengalami ketakutan dan kegelisahan yang luar biasa setelah mengalami mimpi tersebut. Kedua, mimpi yang hanya sekedar bunga tidur karena berkaitan dengan sesuatu yang ia pikirkan sesaat sebelum tidur. Ketiga, mimpi baik yang berasal dari Allah.

“Mimpi itu ada tiga. Mimpi baik yang merupakan kabar gembira dari Allah, mimpi karena bawaan pikiran seseorang (ketika terjaga), dan mimpi menyedihkan yang datang dari setan. Jika kalian mimpi sesuatu yang tidak kalian senangi, maka jangan kalian ceritakan pada siapapun, berdirilah dan shalatlah” (HR Muslim).

Berdasarkan hadis tersebut dapat dipahami bahwasanya tidaklah semua mimpi yang dialami oleh seseorang dapat dijadikan sebagai petunjuk, karena ada kemugkinan mimpi yang dialaminya  bukan petunjuk dari Allah melainkan bisikan setan. Namun seperti apakah mimpi yang berasal dari Allah?

Dalam Surah Yunus ayat 64 Allah mengatakan “Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan dunia dan akhirat”. Makna “berita gembira” dalam ayat ini adalah mimpi baik yang dialami oleh seorang muslim. Merujuk kepada salah satu hadis yang menjelaskan ayat tersebut “Yang dimaksud kegembiraan dalam ayat di atas adalah mimpi yang baik yang terlihat oleh muslim atau yang diperlihatkan padanya” (HR Ibnu Majah).

Ibnu al-Jauzi menjelaskan untuk membedakan antara mimpi yang benar-benar petunjuk dari Allah dengan mimpi yang berasal dari bisikan setan salah satunya dengan menandai waktu terjadi mimpi tersebut. “Mimpi yang paling benar adalah di waktu sahur, sebab waktu tersebut adalah waktu turunnya (isyarat) ketuhanan, dekat dengan rahmat dan ampunan, serta waktu diamnya setan. Kebalikannya adalah mimpi di waktu petang (awal waktu malam).