Penulis : Delira Riska Adriani

Islamdaily.id- Islam merupakan agama yang sangat memuliakan dan menghormati wanita, salah satu bentuk penghormatan dan pemuliaan Islam terhadap wanita adalah disyariatkannya perintah untuk menutup aurat bagi wanita. Dimana perintah tersebut bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat wanita agar tetap terlindungi dan terpandang sebagai wanita baik-baik. Namun demikian, fenomena saat ini masih banyak anak remaja maupun orang dewasa yang membuka aurat tanpa memakai jilbab. (Alawiyah, Handrianto, and Kania Rahman 2020, 219)

Kata jilbab merupakan bentuk jamak dari kata jalabib yang artinya pakaian yang menutupi seluruh badan. Jilbab terdiri dari berbagai jenis model dan bentuknya, tetapi yang menjadi tujuan utama pemakaian jilbab adalah untuk menutupi aurat, karena salah satu fungsi jilbab merupakan identitas bagi seorang Muslimah dalam bentuk menjaga diri dari berbagai gangguan. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman dalam Qs. Al-Ahzab ayat 59, yang berbunyi:

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ قُل لِّأَزۡوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ يُدۡنِينَ عَلَيۡهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّۚ ذَٰلِكَ أَدۡنَىٰٓ أَن يُعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورا رَّحِيمٗا ٥٩ 

Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qur’an, 33:59)

Menurut tafsir Depag RI ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT melalui perantara Nabi-Nya memerintahkan semua wanita Muslim untuk mengenakan jilbab dan menutup aurat mereka, dimana perintah tersebut bertujuan untuk menjaga kehormatan dirinya dan agar mereka lebih mudah untuk dikenali serta agar terhindar dari perbuatan keji.(RI 2009, 41–43)

Namun demikian, mengamalkan kewajiban berjilbab membutuhkan proses, tidak semua wanita Muslimah dapat mudah menjalankannya tergantung lingkungan, Pendidikan dan latar belakang keluarga dalam pengetahuan agama, sehingga beragam metode dan pendekatan yang dilakukan oleh orang tua maupun lembaga Pendidikan dalam mengenalkan kewajiban berjilbab kepada setiap anak maupun peserta didiknya. (Ubaidillah 2021, 35) Salah satu metode yang dilakukan yaitu dengan melatih anak untuk terbiasa menutup aurat sejak dini.

Melatih anak dalam mengenakan jilbab sejak dini diperlukan untuk melatih dan membiasakan, agar menumbuhkan rasa kecintaan dan tanggung jawab pada diri setiap wanita Muslimah dalam melaksanakan kewajibannya dalam menutup aurat. Tidak hanya itu, anak juga dapat mengetahui bahwa jilbab itu merupakan salah satu identitas diri seorang Muslimah yang harus dijaga. Selain itu, perilaku tersebut dilakukan agar anak perempuan nantinya akan sadar bahwa dirinya adalah seorang Muslimah dan memakai jilbab itu adalah wajib hukumnya. Sehingga pada usia baligh nanti, mereka menjadi terbiasa dalam mengenakan jilbab.

Lantas bagaimana cara melatih anak untuk menutup aurat sejak dini?

1.     Dimulai dari orangtua yang memberikan contoh terlebih dahulu kepada sang anak. Dimana orangtua adalah orang pertama yang mendidik anaknya, apabila orangtua memberikan contoh yang baik kepada anaknya, maka anak tersebut akan menjadi pribadi yang baik, begitu pula sebaliknya. Karena pribadi seorang anak itu merupakan fotocopy dari setiap orangtua, baik cara bersikap, berbicara, berpakaian dan sebagainya. Seperti halnya memberi contoh cara berpakaian yang baik dan sopan. Sang anak akan lebih mudah mengikuti apapun yang dipakai maupun dilakukan oleh orangtuanya. Apabila orangtua tersebut terlebih sang ibu menutup aurat dan berpakaian dengan baik dan sopan di hadapan sang anak, maka secara tidak langsung anak tersebut akan mengikuti hal tersebut.

2.     Dimulai dari segi pakaiannya. Mulailah mengenalkan jilbab atau pakaian muslimah sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membelikan pakaian ataupun jilbab dengan warna yang disukai oleh sang anak atau membelikan jilbab dengan motif-motif yang disukai sang anak dan nyaman untuk ia pakai. Apalagi di zaman sekarang ini telah banyak model jilbab anak maupun orang dewasa dengan berbagai model dan motif. Selain itu apabila hendak jalan-jalan atau keluar rumah, pakaikanlah anak-anak dengan pakaian yang baik dan sopan serta tidak tampak seadanya. Pakaikanlah topi, turban, bandana, ataupun ciput untuk menutup rambut sang anak sebagai permulaan. Apabila orangtua hendak memakaikannya rok pendek, hendaknya dipakaikan lagi legging agar aurat anak tidak telihat. Apabila anak merasa panas dan rewel ketika dipakaikan jilbab atau turban, maka bukalah saja dan jangan memaksakan agar anak tetap memakainya. Namun tetaplah membawanya kemana pun orangtua membawa anaknya untuk berpergian. Secara tidak langsung anak akan merasa bahwa jilbab itu merupakan hal yang penting dan juga wajib.

    Dalam hal ini memilih jilbab dan juga pakaian yang nyaman juga diperlukan. Hendaknya orangtua memakaikan jilbab, baju, celana dan sebagainya kepada sang anak itu dengan bahan yang adem, lembut, tidak kasar, dan juga mudah menyerap keringat agar anak nyaman memakainya. Karena seperti yang kita ketahui, apabila kita memakai pakaian, baik jilbab, baju, dan sebagainya dengan bahan yang tidak nyaman, tidak mudah menyerap keringat ataupun kasar dan panas, maka kita akan mudah merasa risih dan tidak betah memakainya, begitu pula dengan anak-anak.

3.     Ajarkan anak agar memiliki rasa malu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara tidak mengganti, membuka atau memakaikan pakaian anak di depan umum atau didepan banyak orang. Seperti halnya dikolam berenang, terkadang masih banyak orangtua yang menggantikan pakaian anaknya tidak ditempat yang sudah disediakan melainkan ditempat umum. Hal tersebut merupakan salah satu contoh yang tidak baik bagi sang anak. Walaupun mereka masih kecil, kita sebagai orangtua patut untuk menjaga auratnya agar tidak terlihat oleh banyak orang. Selain itu, hendaknya kita tidak membiasakan memposting foto-foto anak yang tidak menutup aurat, karena kita tidak tahu sampai kapan kita dapat bersama dan menjaga anak tersebut, dan seperti yang kita ketahui semua itu pasti akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.

4.     Mengajari anak agar merendahkan suaranya, terlebih di hadapan orang-orang yang bukan mahromnya. Tidak boleh meninggikan suaranya ketika tertawa atau sedang marah. Selain itu, ajarkan juga batasan-batasan aurat yang boleh diperlihatkan dan juga tidak boleh diperlihatkan dihadapan orang yang bukan mahromnya atau dihadapan para wanita Islam maupun non-Islam.(Ubaidillah 2021, 41)

5.     Mengajak sang anak untuk membaca buku cerita tentang aurat, mendownload aplikasi edukasi dalam bentuk animasi tentang aurat, serta hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga auratnya, bisa juga dengan nyanyian. Pada prinsipnya pengenalan aurat pada anak haruslah dilakukan dengan cara yang kreatif dan menarik minat anak, biasanya melalui kegiatan belajar sambil bermain.(Habibie 2017, 8–9)