Penulis : Maulidia Arsyi
IslamDaily.id - Biasanya, ritual selalu dikaitkan dengan kegiatan yang berbau mistis. Ritual
juga dapat dikatakan pula rangkaian berupa gerakan, nyanyian, doa, atau bacaan.
Baik menggunakan perlengkapan, atau tidak dilakukan sendiri maupun berkelompok.
Ritual biasanya bersifat simbolis. Banyak hal yang terkandung, salah satunya ajaran
dan nilai-nilai agama yang dipedomani dalam bermasyarakat.
Salah satu ritual yang unik adalah ritual rateb berjalan, yang dilakukan pada
masyarakat Desa Sungai Kuruk III, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang.
Rateb berjalan merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah swt. Rateb itu sendiri
bermakna zikir yang dilakukan sambil berjalan dari satu lokasi ke lokasi lain.
(Awaluddin Arifin, 2020, h. 55)
Rateb berjalan yang merupakan ritual tolak bala masyarakat Desa Sungai Kuruk
III, Kecamatan Seruway terdahulu, dilaksanakan setiap bulan Safar tahun Hijriah
(penanggalan Islam). Dikarenakan bulan Safar dianggap sebagai bulan “panas” dan
diasosiasikan dalam bentuk zikir dan doa kepada Allah SWT agar terhindar dari
kemalangan dan musibah. Rateb berjalan dilaksanakan selama tujuh hari bertutur-
turut, dimulai pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Ritual rateb berjalan adalah
dzikir yang dilakukan pada malam hari selesai sholat isya yang dilakukan oleh
kaum lelaki sepanjang jalan dimulai dari awal masuknya desa sampai ke
penghujung desa dengan mengucapkan Lailahaillallah di sepanjang jalan dengan
membawa bendera, cambuk dan lampu obor sebagai penerang jalan, dikarenakan
semua rumah masyarakat harus mematikan lampu pada saat ritual ini dilakukan.
Proses pelaksanaan tradisi tolak bala, dilakukan bagi sekelompok
masyarakat yang sering melakukannya dari turun-temurun dan tidak ada
paksaan bagi orang yang tidak mau melaksanakannya, dan yang pada intinya
tujuannya hanya karean Allah, selama tidak bertentangan dengan agama serta
menghargai adat nenek moyang terdahulu, maka suatu keberkahan yang di
dapatkan jika niatnya Lillahi Ta’ala. Jadi apa saja yang dilakukan untuk
mendapatkan keberkahan maka harus berdo’a kepada Allah swt, sesuai dengan
firmannya:
ÙˆَÙ‚َالَ رَبُّÙƒُÙ…ُ ادْعُونِÙŠ Ø£َسْتَجِبْ Ù„َÙƒُÙ…ْ Ø¥ِÙ†َّ الَّذِينَ ÙŠَسْتَÙƒْبِرُونَ عَÙ†ْ عِبَادَتِÙŠ سَÙŠَدْØ®ُÙ„ُونَ جَÙ‡َÙ†َّÙ…َ دَاخِرِينَ
Terjemahnya: Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina
dina". (Qur’an 40:60).
Menurut M. Quraish Shihab, ayat di atas bertujuan untuk memurnikan
ketaatan kepada Allah dan perkenankanlah tuntunan-Nya, maka, akan
diperkenankan pula apa saja yang diharapkan manusia. Sebagai seorang hamba,
tidaklah kita merasa angkuh sehingga tidak mau berdo’a dan beribadah kepada
Allah.
0 Comments
Posting Komentar